TENGGELAMNYA
KAPAL VAN DER WIJCK
Penulis : BUYA HAMKA
Diterbitkan oleh Balai
Pustaka Djakarta th.1958
Tebal: 200 halaman.
Tenggelamnya Kapal
Van der Wijck adalah sebuah karya sastra
roman yang
ditulis oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama Hamka. Roman
yang dikarang oleh Prof. Dr. Hamka
ini diterbitkan tahun 1939.
Roman
ini menceritakan tentang Tenggelamnya
Kapal Van der Wijck yang mengisahkan tentang
perselisihan persoalan
dari adat yang berlaku di Minangkabau dan perbedaan latar belakang
sosial yang menghalangi hubungan percintaan
dari sepasang
kekasih sehingga berakhir dengan
kematian.
Pada
suatu masa di wilayah
mengkasar di tepi pantai yang berada di antara kampung baru dan kampung mariso, berdirilah sebuah rumah yang berbentuk sebuah ciri khas daerah Mengkasar. Yang di dalamnya hiduplah
seorang pemuda yang
berumur 19 tahun, pemuda itu
bernama Zainuddin. Zainudin
adalah seorang pemuda dari hasil perkawinan campuran
Minangkabau dan Mengkasar.
Selama hidupnya Ia
berkeinginan untuk selalu mendengarkan cerita dari orang tua
angkatnya, Mak Base. Zainuddin tidak pernah bosan
mendengarkan cerita Mak Base tentang ayahnya saat muda, pada
saat ia termenung teringatlah pesan dari ayahnya ketika beliau akan meninggal, ayahnya
mengatakan bahwa kampungnya bukanlah Mengkasar.
Di Negeri Batipuh Sapuluh Koto (Padang
panjang) 30 tahun lampau, hiduplah seorang pemuda bergelar Pendekar Sutan, pendekar sutan kemenakan Datuk Mantari Labih yang merupakan alih pewaris tunggal dari harta peninggalan ibunya yang dikarenakan tidak memiliki saudara perempuan, maka harta bendanya diurus
oleh mamaknya dari Datuk Mantari Labih.
Datuk Mantari Labih inilah mamak yang diamanahkan oleh
ibu Pendekar sutan untuk menjaga warisan
anak Pendekar Sutan, akan tetapi Datuk Mantari labih serakah akan harta yang diwarisinya itu, dan ia hanya
bisa menghabiskan harta tersebut, sedangkan untuk kemenakannya Pendekar Sutan dianjurkan untuk tidak
menggunakannya dan memiliki warisan tersebut.
Hingga suatu hari, ketika Pendekar Sutan
ingin menikah namun tidak
diizinkan untuk
menggunakan harta warisan tersebut. Pendekar Sutan marah kepada Datuk Mantari labih dan akhirnya terjadilah pertengkaran antara Pendekar Sutan dan Datuk Mantari Labih yang membuat Datuk Mantari labih meninggal
lebih dahulu.
Setelah kematian Datuk Mantari Labih, Pendekar Sutan pun
ditangkap dan dibuang, pada saat itu ia baru berusia 15 tahun dan iapun dibuang ke Cilacap. Kemudian ia dibawa ke Tanah Bugis dikarenakannya ada Perang Bone, dan akhirnya ia sampai di Tanah Mengkasar dan Pendekar Sutan bebas dari hukumannya, setelah ia bebas ia pun pergi ke
daerah mengkasar dan setelah itu ia menemukan pujaan hatinya dan ia menikah dengan Daeng Habibah putri dari seorang penyebar agama islam yang berketurunan
Melayu.
Empat
tahun kemudian Daeng habibah Putri melahirkan seorang anak laki laki yang bernama Zainuddin, saat
Zainuddin berusia
masih kecil ibunya Daeng Habibah putri meninggal, dan beberapa bulan kemudian ayahnya Pendekar Sutan menyusul ibunya, dan Zainuddin diasuh oleh Mak Base. Mak base adalah orang terdekat dari Pendekar Sutan
dan Daeng Habibah Putri dan beliaulah yang merawat dan mendidik Zainuddin
sehingga ia tumbuh dewasa dan menjadi
seorang yang berakhlak mulia.
Setelah Zainuddin tumbuh dewasa Zainuddin pun berfikir keras dalam upaya meminta izin kepada Mak Base untuk pergi ke kampung ayahnya di daerah Padang Panjang. Dengan berat hati, Mak Base melepas
Zainuddin pergi. Zainuddin pun pergi ke kampung halaman
ayahnya dengan berat hati, karna ia tidak tega meniggalkan Mak Base sendirian.
Sampai di Padang Panjang Zainuddin langsung menuju kampung Batipuh. Disanalah ayahnya
dilahirkan. Sesampainya di sana ia
sangat gembira, namun lama-kelamaan kegembiraan nya itu hilang karena semuanya ternyata tidak seperti yang ia harapkan, karna ia masih dianggap sebagai orang asing, dianggap orang Bugis oleh masyarakat setempat, dan hanya
karena di lahirkan dari seorang
wanita yang
bukan keturunan ninik mamaknya. Tetapi Zainuddin tetap tabah menghadapi
omongan orang-orang di kampung tersebut.
Betapa malang dirinya Zainuddin, karena di negeri ibunya ia juga dianggap sebagai orang asing oleh orang Padang. Ia pun jenuh dan tidak tahu lagi
harus kemana dan iapun berfikir untuk kembali lagi ke kampung Mak Base. Tetapi pada saat ia akan pergi ia pun bertemu Hayati seorang gadis cantik Minang yang membuat hatinya gelisah dan menjadikannya alasan untuk tetap tinggal di sana.
Berawal
dari pertemuan yang tidak disengaja
antara Zainuddin dan Hayati di sebuah jalan pada waktu turunnya
hujan dan dari surat menyurat itulah mulainya
sebuah percintaan dari sepasang kekasih yang penuh penderitaan ini
dimulai. Mereka selalu berkirim surat
untuk nmenyurahkan isi hati mereka yang saling mencintai.
"Sebagai kukatakan dahulu, lebih bebas
saya menulis surat daripada berkata-kata dengan engkau. Saya lebih pandai meratap,menyesal
dan mengupat dalam sebuah surat. Karena, bilamana saya bertemu dengan engkau,
maka matamu yang sebagai Bintang Timur itu senantiasa menghilangkan susun
kataku."
Sebuah surat dari Zainuddin
yang berisi tentang perasaan yang susah untuk diucapkan kepada sahabat perempuan yang dicintainya
yaitu Hayati.
Berawal dari pertemuan singkat di daerah
Padang yang berada didekat rumah Hayati. Hayati yang berbudi pekerti yang baik,
sopan dan memiliki
tutur kata yang indah, juga parasnya yang cantik,
yang bisa membuat tergugahnya hati Zainuddin untuk memiliknya. Sehingga
hati Zainuddin
pun terpikat. Merekapun berkenalan
dengan baik dan saling menjalin persahabatan yang dimulai dari pertemuan itu,
hingga akhirnya terjalinlah sebuah hubugan yang saling mencintai, mereka saling bertemu
dengan melibatkan adik laki-laki Hayati sebagai orang ketiganya.
Hubungan kisah
Zainuddin dan Hayati tidak disetujui oleh ninik dan mamaknya Hayati. Dikarenakan Zainuddin tidak bersuku dan bebeda adat. Zainuddin
dianggap sebagai anak orang Mengkasar oleh orang-orang Minangkabau, sekalipun
ayahnya adalah asli orang
situ, karena ayahnya menikah bukan dengan orang sesama
sukunya. Begitu pula di Mengkasar Zainuddin dianggap asing oleh masyarakat padang tersebut karena ibunya memiliki suami yang merupakan orang buangan dari Minangkabau.
Setalah keluarga dari hayati mengetahui asal usul
Zainuddin, mereka tidak menyetujui hubungan antara Zainuddin dan Hayati
sekalipun memutuskan silahturahmi antara mereka. Akhirnya Zainuddin yang malang harus bisa
menerima dan meghilangkan perasaan cintanya kepada Hayati.
Karena mengingat statusnya
sebagai pemuda yang tidak jelas asal usulnya.
Ia
pun harus menelan
mentah-mentah kehidupannya yang berbeda suku adat dan tidak memiliki jaminan harta yang
begitu banyak untuk
menyandingkan Hayati di sisinya. Karena Hayati terlahir dari keluarga yang
terpandang dan tinggal di suatu tempat yang masih kental
suku peradatannya,
dengan terpaksa Zainuddin pun harus dengan ikhlas
untuk pisah dari Hayati meskipun keduanya
saling mencintai.
Cinta yang suci atas nama Ilahi,
mereka tetap
berkomunikasi lewat surat-surat yang indah bahasanya, saling mengungkapkan
perasaan rindu antar mereka di dalam
surat. Hayati berjanji pada
Zainuddin bahwa ia akan menunggu kepulangan Zainuddin sampai kapanpun, dan sampai saat itu
ia tak akan mengubah perasaannya untuk memberikan cintanya
pada siapapun selain Zainuddin.
Kabar kedekatan mereka tersebar luas dan menjadi bahan gunjingan oleh masyarakat Minang. Karena keluarga Hayati merupakan
keturunan terpandang , maka hal itu menjadi aib bagi keluarganya, Zainuddin dipanggil oleh mamak Hayati dengan alasan demi keselamatan Hayati, mamak Hayati menyuruh Zainuddin
pergi meninggalkan Batipuh.
Dan Zainuddin pun pindah ke Padang Panjang dengan berat hati, selain
menunggu pujaan hatinya, di Padang Panjang Zainuddin memperdalam ilmu agama dan
pengetahuannya, karena di kota tersebut telah berdiri sekolah-sekolah bagus tentang memperdalam ajaran islam.
Tetapi penantian Zainuddin tidak berujung indah karena Hayati akhirnya memilih
untuk diperistri oleh Aziz, kakak dari sahabatnya
yang bernama Khadijah.
Luluh
lantaklah hati si Yatim-Piatu yang terbuang itu, terlebih lagi disaat yang sama
Zainuddin mendapat kabar kalau Mak Base, pengasuhnya juga telah
berpulang. Mak
Base meninggal dan mewariskan banyak harta kepada Zainuddin.
Lalu akhirnya Zainuddin memberanikan diri mengirim surat lamaran kepada Hayati di Batipuh.
Tetapi sayangnya hal itu
bersamaan pula dengan datangnya rombongan
dari pihak Aziz yang juga hendak melamar Hayati. Zainuddin tanpa menyebutkan
harta kekayaan yang dimilikinya, akhirnya ia ditolak oleh ninik mamak Hayati, dan ninik mamak hayati pun menerima pinangan Aziz yang di mata mereka
lebih beradab dan kaya raya.
Hayati
akhirnya menikah dengan Azis kakak dari sahabatnya Khadijah yang tinggal di
Padang Panjang atas dasar pilihan Hayati dan keputusan mamaknya yang sepakat
menerima Azis dan menolak lamaran Zainuddin. Azis anak orang berada yang masih
sesuku dan terikat kerabat walaupun jauh dengan mamaknya hayati.
Awal
pernikahan Hayati dan Azis sangat bahagia karena Azis pandai mengambil dan
menyenangkan hati Hayati. Namun tanpa sepengetahuan Hayati Azis adalah tipe
pemuda yang suka menghamburkan uang, berjudi, mabuk-mabukkan dan senang main
perempuan.
Zainuddin tidak mampu menerima penolakan tersebut, apalagi kata sahabatnya Muluk, Aziz adalah seorang yang bejat
moralnya,
Hayati juga merasakan kegetiran. Namun apalah dayanya di hadapan ninik mamaknya tersebut.
Setelah pernikahan Hayati, Zainuddin pun jatuh sakit, sakitnya di akibatkan terlalu
memikirkan seseorang ia cintai pergi bersama orang lain. Dan sakitnya itu seperti orang tidak waras yang selalu memanggil
nama Hayati setiap harinya. Atas permintaan
dokter dan izin dari Azis suami hayati, akhirnya hayati pun menjenguk Zainuddin.
Dengan sekejap sakitnya langsung sembuh.
Setelah sembuh dari sakit Zainuddin pun mulai bangkit untuk melupakan pujaan hatinya
yaitu Hayati. Berselingnya
waktu Zainuddin pun menjadi
penulis yang hebat dan terkenal di
tanah Jawa, dan ia berusaha Untuk melupakan masa lalunya bersama Hayati.
Akhirnya Zainuddin dan Muluk pindah ke Jakarta.
Di sana Zainuddin mulai menunjukkan kepandaiannya menulis dan
mulai bangkit dari keterpurukan yang dirasakannya selama ia hidup. Karyanya dikenal masyarakat dengan
nama letter “Z”. Karna semangat dari Muluklah Zainuddin
berhasil dan bisa bangkit dari keterpurukan yang di alaminya hingga sampai saat
ia bisa melupakan hayati.
Hayati dan Aziz hijrah ke Surabaya.
Semakin lama watak asli Aziz semakin terlihat juga. Ia suka berjudi dan main perempuan.
Kehidupan perekonomian mereka makin memprihatinkan dan terlilit banyak hutang.
Mereka diusir dari kontrakan dan secara kebetulan mereka bertemu dengan Zainuddin, mereka singgah di rumah Zainuddin karena
tak kuasa menanggung malu atas kebaikan Zainuddin, Aziz meninggalkan istrinya
untuk mencari pekerjaan ke Banyuwangi.
Beberapa hari kemudian, datang dua
surat dari Aziz yang pertama berisi
surat perceraian untuk Hayati, yang kedua berisi surat permintaan maaf dan
permintaan agar Zainuddin mau menerima Hayati kembali. Setelah itu datang
berita bahwa Aziz ditemukan bunuh diri di kamarnya. Hayati juga meminta maaf
kepada Zainuddin teleh merelakan kembali mengabdi kepadanya. Namun karena masih merasa sakit hati Zainuddin menyuruh Hayati pulang ke kampung halamannya saja.
Esok harinya, dengan terpaksa Hayati menolak untuk pulang kembali ke kampungnya dengan
berat hati dan perasaan sedih menaiki kapal Van Der Wijck. Setelah Hayati pergi, barulah
Zainuddin menyadari bahwa ia tidak bisa hidup tanpa Hayati. Apalagi setelah membaca surat
Hayati yang bertulis “aku cinta engkau dan kalau kumati adalah kematianku di dalam mengenang
engkau.” Maka segeralah ia menyusul Hayati ke Jakarta.
Saat sedang bersiap-siap Zainuddin tersiar kabar bahwa kapal Van Der Wijck
tenggelam. Kapal Van Der
Wijck kapal yang ditumapangi oleh hayati. Setelah Zainuddin mendengar
kabar berita itu pun Zainuddin langsung syok dan langsung pergi ke
Tuban bersama Muluk sahabtnya untuk mencari Hayati.
Sebelum kapal tenggelam, Muluk
menyesali sikap nya sendiri karna ia tidak memberi tahu Zainuddin bahwa Hayati sebetulnya
masih mencintainya. Hayati meninggal setelah
Zainuddin mengajarkannya mengucapkan
kalimah syahadat.
Zainuddin juga meniggal tidak lama setelah Hayati
meninggal, Zainuddin meninggal karena tidak bisa
berhenti memikirkan hayati wanita yang selalu dicintainya sampai kapanpun itu. Sehingga
ia menjadi sakit-sakitan
sampai akhirnya meninggal dan Jasadnya dimakamkan oleh sahabatnya muluk , Zainudin dimakam kan di dekat pusara Hayati dan
cinta sejatinya kekal abadi.
"Jangan sampai terlintas dalam hatimu bahwa ada pula
bahagia selain bahagia cinta. Kalau kau percaya ada pula satu kebahagiaan
selain kebahagiaan cinta, celaka kau Dik! Kau menjatuhkan vonis kematian ke
atas dirimu sendiri!"
Buya Hamka
.