Translate

Senin, 24 Juni 2013

Buku :) :*


Hidup manusia seperti sebuah buku Sampul (cover) depan adalah tanggal lahir, sampul (cover) belakang adalah tanggal kematian.
Dan tiap lembarnya, adalah tiap-tiap hari dalam hidup kita dan apa yang kita lakukan.
 Ada buku yang tebal, ada buku yang tipis.
Ada buku yang menarik dibaca, ada yang tidak sama sekali.
Nikmatilah dan isilah halaman buku kehidupanmu dengan hal yang bermanfaat :) :D

TUGAS RINGKASAN qu (TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK)



TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK
Penulis :
BUYA HAMKA
Diterbitkan oleh Balai Pustaka Djakarta  th.1958
Tebal:  200 halaman.
Tenggelamnya Kapal Van der Wijck adalah sebuah karya sastra roman yang ditulis oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan nama Hamka. Roman yang dikarang oleh Prof. Dr. Hamka ini diterbitkan tahun 1939.
Roman ini menceritakan tentang Tenggelamnya Kapal Van der Wijck yang  mengisahkan tentang perselisihan persoalan dari adat yang berlaku di Minangkabau dan perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi hubungan percintaan dari sepasang kekasih sehingga berakhir dengan kematian.
Pada suatu masa di wilayah mengkasar di tepi pantai yang berada di antara kampung baru dan kampung mariso, berdirilah sebuah rumah yang berbentuk sebuah ciri khas daerah Mengkasar. Yang di dalamnya hiduplah seorang pemuda yang berumur 19 tahun, pemuda itu bernama Zainuddin. Zainudin adalah seorang pemuda dari hasil perkawinan campuran Minangkabau dan Mengkasar.
Selama hidupnya Ia berkeinginan untuk selalu mendengarkan cerita dari orang tua angkatnya, Mak Base. Zainuddin tidak pernah bosan mendengarkan cerita Mak Base tentang ayahnya saat muda, pada saat ia termenung  teringatlah pesan dari ayahnya ketika beliau akan meninggal, ayahnya mengatakan bahwa kampungnya  bukanlah Mengkasar.
Di Negeri Batipuh Sapuluh Koto (Padang panjang) 30 tahun lampau, hiduplah seorang pemuda bergelar Pendekar Sutan, pendekar sutan kemenakan Datuk Mantari Labih yang merupakan alih pewaris tunggal dari harta peninggalan ibunya yang dikarenakan tidak memiliki saudara perempuan, maka harta bendanya diurus oleh  mamaknya dari Datuk Mantari Labih.
Datuk Mantari Labih inilah mamak yang diamanahkan oleh ibu Pendekar sutan untuk  menjaga warisan anak Pendekar Sutan, akan tetapi Datuk Mantari labih serakah akan harta yang diwarisinya itu, dan ia  hanya bisa menghabiskan harta tersebut, sedangkan untuk kemenakannya  Pendekar Sutan dianjurkan untuk tidak menggunakannya dan memiliki warisan tersebut.
Hingga suatu hari, ketika Pendekar Sutan ingin menikah namun tidak diizinkan untuk menggunakan harta warisan tersebut. Pendekar Sutan marah kepada Datuk Mantari labih dan akhirnya terjadilah pertengkaran antara Pendekar Sutan dan Datuk Mantari Labih yang membuat Datuk Mantari labih meninggal lebih dahulu.
Setelah kematian Datuk Mantari Labih, Pendekar Sutan pun ditangkap dan dibuang, pada saat itu ia baru berusia 15 tahun dan  iapun dibuang ke Cilacap. Kemudian ia dibawa ke Tanah Bugis dikarenakannya ada Perang Bone, dan akhirnya ia sampai di Tanah Mengkasar dan Pendekar Sutan bebas dari hukumannya, setelah ia bebas ia pun pergi ke daerah mengkasar dan setelah itu ia menemukan pujaan hatinya dan ia menikah dengan Daeng Habibah putri dari seorang penyebar agama islam yang berketurunan Melayu.
 Empat tahun kemudian Daeng habibah Putri melahirkan seorang anak laki laki  yang bernama Zainuddin, saat Zainuddin berusia masih kecil ibunya Daeng Habibah putri meninggal, dan beberapa bulan kemudian ayahnya Pendekar Sutan menyusul ibunya, dan Zainuddin  diasuh oleh Mak Base. Mak base adalah orang terdekat dari Pendekar Sutan dan Daeng Habibah Putri dan beliaulah yang merawat dan mendidik Zainuddin sehingga ia tumbuh dewasa dan  menjadi seorang  yang berakhlak mulia.
Setelah Zainuddin tumbuh dewasa Zainuddin pun berfikir keras dalam upaya meminta izin kepada Mak Base untuk pergi ke kampung ayahnya di  daerah Padang Panjang. Dengan berat hati, Mak Base melepas Zainuddin pergi. Zainuddin pun pergi ke kampung halaman ayahnya dengan berat hati, karna ia tidak tega meniggalkan Mak Base sendirian.
Sampai di Padang Panjang Zainuddin langsung menuju kampung Batipuh. Disanalah ayahnya dilahirkan. Sesampainya di sana ia sangat gembira, namun lama-kelamaan kegembiraan nya itu hilang karena semuanya ternyata tidak seperti yang ia harapkan, karna ia masih dianggap sebagai orang asing, dianggap orang Bugis oleh masyarakat setempat, dan hanya karena di lahirkan dari seorang wanita yang bukan keturunan ninik mamaknya. Tetapi Zainuddin tetap tabah menghadapi omongan orang-orang di kampung tersebut.
Betapa malang dirinya Zainuddin, karena di negeri ibunya ia juga dianggap sebagai orang asing oleh orang Padang. Ia pun jenuh dan tidak tahu lagi harus kemana dan iapun berfikir untuk kembali lagi ke kampung Mak Base. Tetapi pada saat ia akan pergi ia pun bertemu Hayati seorang gadis cantik Minang yang membuat hatinya gelisah dan menjadikannya alasan untuk tetap tinggal di sana.
Berawal dari pertemuan yang tidak disengaja antara Zainuddin dan Hayati di sebuah jalan pada waktu turunnya hujan dan dari surat menyurat itulah mulainya sebuah percintaan dari sepasang kekasih yang penuh penderitaan ini dimulai. Mereka selalu berkirim surat untuk nmenyurahkan isi hati mereka yang saling mencintai.
"Sebagai kukatakan dahulu, lebih bebas saya menulis surat daripada berkata-kata dengan engkau. Saya lebih pandai meratap,menyesal dan mengupat dalam sebuah surat. Karena, bilamana saya bertemu dengan engkau, maka matamu yang sebagai Bintang Timur itu senantiasa menghilangkan susun kataku."

Sebuah surat dari Zainuddin yang berisi tentang perasaan yang susah untuk diucapkan kepada  sahabat perempuan yang dicintainya yaitu Hayati. 
Berawal dari pertemuan singkat di daerah Padang yang berada didekat rumah Hayati. Hayati yang berbudi pekerti yang baik, sopan dan memiliki tutur kata yang indah, juga parasnya yang cantik, yang bisa membuat tergugahnya hati Zainuddin untuk memiliknya. Sehingga hati Zainuddin pun terpikatMerekapun berkenalan dengan baik dan saling menjalin persahabatan yang dimulai dari pertemuan itu, hingga akhirnya terjalinlah sebuah hubugan yang saling mencintai, mereka saling bertemu dengan melibatkan adik laki-laki Hayati sebagai orang ketiganya.
Hubungan kisah Zainuddin dan Hayati tidak disetujui oleh ninik dan mamaknya Hayati. Dikarenakan Zainuddin tidak bersuku dan bebeda adat. Zainuddin dianggap sebagai anak orang Mengkasar oleh orang-orang Minangkabau, sekalipun ayahnya adalah asli orang situ, karena ayahnya menikah bukan dengan orang sesama sukunya. Begitu pula di Mengkasar Zainuddin dianggap asing oleh masyarakat padang  tersebut karena ibunya memiliki suami yang merupakan orang buangan dari Minangkabau.
Setalah  keluarga dari hayati mengetahui asal usul Zainuddin, mereka tidak menyetujui hubungan antara Zainuddin dan Hayati sekalipun memutuskan silahturahmi antara mereka. Akhirnya Zainuddin yang malang harus bisa menerima dan meghilangkan perasaan cintanya kepada Hayati.  
Karena mengingat statusnya sebagai pemuda yang tidak jelas asal usulnya. Ia pun harus menelan mentah-mentah kehidupannya yang berbeda suku adat dan  tidak memiliki jaminan harta yang begitu banyak untuk menyandingkan Hayati di sisinya. Karena Hayati terlahir dari keluarga yang terpandang dan tinggal di suatu tempat yang masih kental suku peradatannya, dengan terpaksa Zainuddin pun harus dengan ikhlas untuk pisah dari Hayati meskipun keduanya saling mencintai.
Cinta yang suci atas nama Ilahi, mereka tetap berkomunikasi lewat surat-surat yang indah bahasanya, saling mengungkapkan perasaan rindu antar mereka di dalam surat. Hayati berjanji pada Zainuddin bahwa ia akan menunggu kepulangan Zainuddin sampai kapanpun, dan sampai saat itu ia tak akan mengubah perasaannya untuk memberikan cintanya pada siapapun selain Zainuddin.
Kabar kedekatan mereka tersebar luas dan menjadi bahan gunjingan oleh masyarakat  Minang. Karena keluarga Hayati merupakan keturunan terpandang , maka hal itu menjadi aib bagi keluarganya, Zainuddin dipanggil oleh mamak Hayati dengan alasan demi keselamatan Hayati, mamak Hayati menyuruh Zainuddin pergi meninggalkan Batipuh.
Dan Zainuddin pun pindah ke Padang Panjang dengan berat hati, selain menunggu pujaan hatinya, di Padang Panjang Zainuddin memperdalam ilmu agama dan pengetahuannya,  karena di kota tersebut telah berdiri sekolah-sekolah bagus tentang memperdalam ajaran islam. Tetapi penantian Zainuddin tidak berujung indah karena Hayati akhirnya memilih untuk diperistri oleh Aziz, kakak dari sahabatnya yang bernama Khadijah.
Luluh lantaklah hati si Yatim-Piatu yang terbuang itu, terlebih lagi disaat yang sama Zainuddin mendapat kabar kalau Mak Base, pengasuhnya juga telah berpulang. Mak Base meninggal dan mewariskan banyak harta kepada Zainuddin. Lalu akhirnya Zainuddin memberanikan diri mengirim surat lamaran kepada Hayati di Batipuh.
Tetapi sayangnya hal itu bersamaan pula dengan datangnya rombongan dari pihak Aziz yang juga hendak melamar Hayati. Zainuddin tanpa menyebutkan harta kekayaan yang dimilikinya, akhirnya ia ditolak oleh ninik mamak Hayati, dan ninik mamak hayati pun menerima pinangan Aziz yang di mata mereka lebih beradab dan kaya raya.
Hayati akhirnya menikah dengan Azis kakak dari sahabatnya Khadijah yang tinggal di Padang Panjang atas dasar pilihan Hayati dan keputusan mamaknya yang sepakat menerima Azis dan menolak lamaran Zainuddin. Azis anak orang berada yang masih sesuku dan terikat kerabat walaupun jauh dengan mamaknya hayati.
Awal pernikahan Hayati dan Azis sangat bahagia karena Azis pandai mengambil dan menyenangkan hati Hayati. Namun tanpa sepengetahuan Hayati Azis adalah tipe pemuda yang suka menghamburkan uang, berjudi, mabuk-mabukkan dan senang main perempuan.
Zainuddin tidak mampu menerima penolakan tersebut, apalagi kata sahabatnya Muluk, Aziz adalah seorang yang bejat moralnya, Hayati juga merasakan kegetiran. Namun apalah dayanya di hadapan ninik mamaknya tersebut.
 Setelah pernikahan Hayati, Zainuddin pun jatuh sakit, sakitnya di akibatkan terlalu memikirkan seseorang ia cintai pergi bersama orang lain. Dan sakitnya itu seperti orang tidak waras yang selalu memanggil nama Hayati setiap harinya. Atas permintaan dokter dan izin dari Azis suami hayati, akhirnya hayati pun menjenguk Zainuddin.
Dengan sekejap sakitnya langsung sembuh. Setelah sembuh dari sakit Zainuddin pun mulai bangkit untuk melupakan pujaan hatinya yaitu Hayati. Berselingnya waktu Zainuddin pun menjadi penulis yang hebat dan terkenal di tanah Jawa, dan ia berusaha Untuk melupakan masa lalunya bersama Hayati.
Akhirnya Zainuddin dan Muluk pindah ke Jakarta. Di sana Zainuddin mulai menunjukkan kepandaiannya menulis dan mulai bangkit dari keterpurukan yang dirasakannya selama ia hidup. Karyanya dikenal masyarakat dengan nama letter “Z”. Karna semangat dari Muluklah Zainuddin berhasil dan bisa bangkit dari keterpurukan yang di alaminya hingga sampai saat ia bisa melupakan hayati.
Hayati dan Aziz hijrah ke Surabaya. Semakin lama watak asli Aziz semakin terlihat juga. Ia suka berjudi dan main perempuan. Kehidupan perekonomian mereka makin memprihatinkan dan terlilit banyak hutang. Mereka diusir dari kontrakan dan secara kebetulan mereka bertemu dengan Zainuddin, mereka singgah di rumah Zainuddin karena tak kuasa menanggung malu atas kebaikan Zainuddin, Aziz meninggalkan istrinya untuk mencari pekerjaan ke Banyuwangi.
Beberapa hari kemudian, datang dua surat dari Aziz yang pertama berisi surat perceraian untuk Hayati, yang kedua berisi surat permintaan maaf dan permintaan agar Zainuddin mau menerima Hayati kembali. Setelah itu datang berita bahwa Aziz ditemukan bunuh diri di kamarnya. Hayati juga meminta maaf kepada Zainuddin teleh merelakan kembali mengabdi kepadanya. Namun karena masih merasa sakit hati Zainuddin menyuruh Hayati pulang ke kampung halamannya saja.
Esok harinya, dengan terpaksa Hayati menolak untuk pulang kembali ke kampungnya dengan  berat hati dan perasaan sedih menaiki kapal Van Der Wijck. Setelah Hayati pergi, barulah Zainuddin menyadari bahwa ia tidak bisa hidup tanpa Hayati. Apalagi setelah membaca surat Hayati yang bertulis “aku cinta engkau dan kalau kumati adalah kematianku di dalam mengenang engkau.” Maka segeralah ia menyusul Hayati ke Jakarta.
 Saat sedang bersiap-siap Zainuddin  tersiar kabar bahwa kapal Van Der Wijck tenggelam.  Kapal Van Der Wijck kapal yang ditumapangi oleh hayati. Setelah Zainuddin mendengar kabar berita itu pun  Zainuddin langsung syok dan langsung pergi ke Tuban bersama Muluk sahabtnya untuk mencari Hayati.
Sebelum kapal tenggelam, Muluk menyesali sikap nya sendiri karna ia tidak memberi tahu Zainuddin bahwa Hayati sebetulnya masih mencintainya. Hayati meninggal setelah Zainuddin mengajarkannya mengucapkan kalimah syahadat.
Zainuddin juga meniggal tidak lama setelah Hayati meninggal, Zainuddin meninggal karena tidak bisa berhenti memikirkan hayati wanita yang selalu dicintainya sampai kapanpun itu. Sehingga ia menjadi sakit-sakitan sampai akhirnya meninggal dan Jasadnya dimakamkan oleh sahabatnya muluk , Zainudin dimakam kan di dekat pusara Hayati dan cinta sejatinya kekal abadi.
"Jangan sampai terlintas dalam hatimu bahwa ada pula bahagia selain bahagia cinta. Kalau kau percaya ada pula satu kebahagiaan selain kebahagiaan cinta, celaka kau Dik! Kau menjatuhkan vonis kematian ke atas dirimu sendiri!"
Buya Hamka















.